Dunia voli berduka tetapi juga mengharapkan keajaiban setelah opposite asal Iran, Saber Kazemi, dinyatakan mati otak pada Rabu (30/10/2020) malam waktu setempat.
Sabar Kazemi bukan sosok yang asing di Indonesia.
Pada 2018 Kazemi ikut membawa timnas Iran meraih medali emas Asian Games yang digelar di Jakarta dan Palembang.
Awal tahun ini dia kembali untuk memperkuat Jakarta Bhayangkara Presisi pada putaran reguler Proliga 2025.
Namun, saat usianya masih muda, 26 tahun, Kazemi mengalami kemalangan besar.
Federasi Bola Voli Iran (IRIVF) mengumumkan tim medis telah mengonfirmasi bahwa pemain timnas mereka itu mengalami mati otak.
Mati otak alias brain dead adalah kondisi ketika seluruh aktivitas otak berhenti secara permanen.
Seseorang yang mengalami mati otak tidak akan bisa kembali sadar sehingga secara legal bisa dianggap telah meninggal dunia.
Satu-satunya cara agar pasien menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti bernapas dan jantung yang berdetak adalah dengan bantuan peralatan medis seperti ventilator.
Dalam pernyataan resmi, IRIVF menambahkan Kazemi tetap akan tersambung dengan peralatan medis di rumah sakit tempat dia dirawat.
IRIVF pun menegaskan bahwa Kazemi masih hidup.
“Menurut tim medis, aktivitas otak Saber Kazemi dinyatakan tidak dapat dipulihkan dan kondisinya dideskripsikan sebagai mati otak.”
“Meski begitu, dukungan tidak dihentikan dan Saber tetap tersambung dengan alat-alat vital dan menjalani perawatan intensif.”
Melansir dari Khabar Online Iran, Kazemi mengalami kecelakaan di Qatar. Dia direncanakan tampil bareng Al Rayyan, juara Liga Champions Asia.
Penyebab kecelakaannya sempat simpang siur.
Pihak klub menyebut masalah jantung sedangkan rumor yang berembus adalah sengatan listrik di kolam renang hotel tempat dia menginap.
Dugaan faktor sengatan listrik sudah ditepis perwakilan IRIVF, Dokter Reza Jabbari.
Pemeriksaan medis menunjukkan kondisi otak menjadi faktor terbesar dari menurunnya kondisi pemain kidal itu.
Kazemi menjalani perawatan intensif di dua negara.
Semula dia menjalani perawatan di Doha, Qatar. Pada hari-hari pertama kondisinya stabil meski tingkat kesadarannya rendah.
Senin (27/10/2025), dia dipindahkan ke Tehran, Iran, dengan harapan mendapat penanganan yang lebih baik.
Hanya saja, kondisinya terus mengalami penurunan.
Semula dia menjalani perawatan di Doha, Qatar. Pada hari-hari pertama kondisinya stabil meski tingkat kesadarannya rendah.
Senin (27/10/2025), dia dipindahkan ke Tehran, Iran, dengan harapan mendapat penanganan yang lebih baik.
Hanya saja, kondisinya terus mengalami penurunan.
“Peralatan medis tetap terhubung dan Saber masih hidup. Mohon doanya untuk Saber dan hormati keluarganya dalam pemberitaan,” tulis IRIVF.





