Gunung Agung, dengan ketinggian mencapai 3.142 meter di atas permukaan laut, tidak hanya menjadi landmark geografis Bali yang megah, tetapi juga memiliki sejuta cerita, mitos, dan pantangan yang memperkaya pengalaman wisatawan dan pendaki.
Berikut adalah beberapa tradisi kepercayaan dan mitos yang mengelilingi Gunung Agung, yang memberikan warna dan keunikan tersendiri bagi destinasi wisata ini.
Keagungan Gunung Agung
Gunung Agung bukan sekadar gunung tertinggi di Bali; ia telah menjadi salah satu objek wisata paling ikonik di pulau ini.
Berlokasi strategis, gunung ini dihiasi oleh pura suci Pura Besakih, yang memiliki peran penting dalam kehidupan keagamaan masyarakat Hindu Bali.
Keberadaan Gunung Agung dan Pura Besakih tidak hanya memberikan pesona alam yang menakjubkan tetapi juga sarat dengan nilai-nilai keagamaan dan spiritual.
Tradisi dan Kepercayaan Lokal
Bagi mereka yang merencanakan petualangan mendaki Gunung Agung, memahami tradisi kepercayaan dan mitos yang mengelilingi gunung ini adalah langkah penting.
Meskipun beberapa di antaranya mungkin hanya mitos, menghargai kepercayaan masyarakat setempat adalah bentuk penghormatan terhadap budaya dan spiritualitas Bali.
Mitos dan Pantangan Gunung Agung:
- Dilarang Membawa Daging Sapi: Menurut cerita-cerita lama, dewa Siwa yang ada di Gunung Agung memiliki kendaraan berupa sapi atau lembu, sehingga membawa daging sapi dianggap tidak pantas. Pelanggaran terhadap pantangan ini dapat membawa kendala atau bahaya selama pendakian.
- Orang Berilmu Spiritual dan Sapi Hitam: Konon, orang dengan ilmu spiritual tinggi dapat menemukan sapi hitam berukuran besar selama pendakian. Keberadaan sapi hitam menjadi suatu pertanda atau petunjuk spiritual bagi mereka yang memiliki wawasan tinggi.
- Larangan Menggunakan Perhiasan Emas: Membawa atau menggunakan perhiasan emas dianggap tidak diperkenankan karena gunung itu sendiri dianggap sebagai bentuk emas dalam alam tidak nyata. Mengenakan emas dapat meningkatkan energi yang dapat menimbulkan bahaya.
- Larangan Mendaki di Hari Tertentu: Beberapa hari tertentu, seperti Sabtu kliwon, rabu wage, dan Selasa Kliwon, dianggap sebagai hari-hari yang tidak cocok untuk melakukan pendakian. Mitos ini terkait dengan perayaan dan kepercayaan terhadap Ida Batara yang ada di Gunung Agung.
-
Dilarang berkata “Puyung”: Masyarakat setempat percaya bahwa mengucapkan kata “Puyung” saat panen pete akan membuat buah blanding atau pete kosong. Pantangan ini menciptakan hubungan antara kata-kata dan hasil panen.
- Larangan Menekan Lutut: Setelah melewati Pura Tirtamas, pendaki dilarang menekan lutut. Konon, melanggar larangan ini dapat membuat pendaki tidak pernah mencapai puncak.
- Pantangan Mendaki saat Piodalan: Saat piodalan di Pura Pasar Agung, melakukan aktivitas pendakian dilarang. Ini mencerminkan penghormatan terhadap ritual keagamaan yang sedang berlangsung.
- Larangan Memakai Baju Merah atau Hijau: Larangan mengenakan baju merah atau hijau berkaitan dengan keyakinan bahwa gunung dan laut adalah pasangan suami istri. Penunggu Gunung Agung menyukai warna merah, sementara penunggu laut menyukai warna hijau.
- Membawa Makanan Jumlah Genap: Mitos ini menyatakan bahwa pendaki harus membawa makanan dalam jumlah yang genap. Jumlah makanan yang ganjil diyakini akan diubah oleh kekuatan gaib menjadi jumlah yang genap atau sebaliknya.
- Misteri Kera Putih: Kera putih di sekitar Gunung Agung dianggap sebagai utusan Ida Batara Lingsir dan pertanda baik. Munculnya kera putih dapat memberikan peringatan atau tanda positif.
- Ditemani Orang Suci: Gunung Agung dianggap sebagai gunung yang suci, dan pendaki disarankan untuk mendaki bersama orang suci, seperti pendeta atau individu yang telah disucikan.
- Misteri Anjing Penunjuk Jalan: Anjing di sekitar gerbang Pura Besakih konon dapat menjadi penunjuk jalan yang baik bagi para pendaki. Kehadiran anjing dapat memberikan perlindungan dan petunjuk saat mendaki.
- Mitos dan pantangan-pantangan ini menciptakan atmosfer mistis dan memperkaya pengalaman mendaki Gunung Agung.
Penting untuk diingat bahwa sambil menikmati keindahan alamnya, pengunjung dan pendaki juga diharapkan menghormati tradisi dan keyakinan setempat.
Dengan memahami mitos dan misteri ini, petualangan mendaki Gunung Agung menjadi lebih mendalam dan penuh warna. Selamat menjelajahi keajaiban Gunung Agung, tanah suci Bali.